Wednesday, February 23, 2011

Sayyid Quthb : Kita Di Simpang Jalan


Sayyid Quthb. Beberapa pergerakan mengacu pada pemikirannya meski tak sepenuhnya sinkron. Seorang ulama dunia, luar biasa. Apalagi yang bisa kuungkapkan?
Lalu kucoba menyelami pemikirannya lewat tulisan-tulisan yang dibuatnya saat di kurungan. Penjara. Ya Allah…10 halaman saja, terasa berat. Tapi mengapa orang-orang begitu mudah ‘membaca’nya? Kucoba menelan setiap kalimatnya, kucoba memposisikan diri seperti beliau…lelah. Seperti tidak mendapati lagi perjuangan yang beliau dan muslim dunia segenerasinya lagi, perjuangan layaknya rasulullah berjuang. Perjuangan, dengan keyakinan dan gelora seperti….ini.
————————————————————————————————
DI SIMPANG JALAN

Sebuah pesan dari sedikit bagian ujung salah satu bukunya, Keadilan Sosial dalam Islam, terbitan Penerbit Pustaka tahun 1984, setelah uraian panjangnya tentang “keadilan social” yang mengganggu “keseimbangan alam”, memeperbaiki satu hal namun merusak banyak hal lain, tatanan dunia yang rusak.
Kini, kemana lagi kita menangkah?
Kita mesti berhenti sejenak untuk menanya diri kita dengan pertanyaan ini, agar kita dapat mengarahkan kehidupan kita sesuai dengan arah yang kita inginkan.
Dunia kita ini setelah mengalami dua perang dunia secara berturut-turut, terbagi dalam dua kutub : Kutub komunis di timur, dan kutub kapitalis di Barat (saat itu—red). Itulah yang terlihat pada lahirnya dan yang dapat diucapkan serta diakui dalam hati. Namun, kita meyakini bahwa perpecahan ini hanyalah sekedar bentuk luarnya semata dan bukan suatu hakikat; ia sekadar perpecahan yang didasarkan atas kepentingandan bukan atas prinsipia hanyalah pertempuran senjata dan perebutan ’pasar’, bukan perpecahan akidah dan konsepsi. Watak pola berpikir Eropa-Amerika dalam kenyataannya sama sekali tidak berbeda dengan pola berpikir Rusia. Kedua-duanya ditegakkan atas kekuasaan konsep materialisme dalam kehidupan ini. Dan apabila Rusia telah menjelma menjadi komunis, maka Eropa-Amerika sedang berada di tengah jalan menuju kesana, yang pada akhirnya akan sampai pula pada satu ujung yangbukan sama sekali tidak terbayangkan.
Tiada lain yang ada di belakang konsep materialisme yang kini sedang ditempuh barat, yang mengantarkan pada perebutan pasar dan kepentingan, yang mencampakkan keimanan dan mengingkari hakikat sesuatu ini selain sekedar fungsinya saja –seperti yabf dilakukan oleh pragmatisme—kecuali konsep komunis apabila suatu saat terjadi perubahan kondisi ekonomi di barat.
Sama sekali tidak terdapat perbedaan dalam watak konsep Amerika dan Rusia, yang ada hanyalah perbedaan tujuan ekonomis dan sosial. Yang menjadi pegangan kebanyakan orang Amerika adalah komunisme dan bukan konsep tentang kehidupan, yang bersumber interpretasi materialisme tentang alam, kehidupan dan sejarah, bahkan kesempatan memang terbuka di hadapan mereka bagi terciptanya suatu kelas kepitalis dan upah para pekerja pun terus membumbung tinggi seperti itu pula. Dan bila kapitalisme sudah mencapai puncaknya di Amerika, maka berhentilah peranan kaum monopolis, dan kebanyakan dari mereka akan merasa bahwa situasinya belum siap untuk menjadikan mereka sebagai kaum kapitalis, dan upah pun akan merosot disebabkan terhentinya kegiatan monopoli atau oleh sebab-sebab lain; dan kalau sudah demikian kaun pekerja amerika akan mengarah pada komunisme, sebab saat ini tidak ada yang membimbing mereka berupa pemikiran yang lebih tinggi dari materialisme maupun akidah priritual dan moral yang tinggi.
Oleh karenanya janganlah kita terkecoh untuk mengatakan bahwa akan terjadi benturan antara barat dan timur baik dalam skala kecil maupun besar : karena kedua-duanya tidak memiliki konsep apapun selain pandangan materialistis tentang arti kehidupan; watak kedua konsep itu memang mirip satu sama lain dan keduanya tidak akan bertentangan dalam masalah prinsip dan ideoliginya. Mereka hanya berebut kekayaan dan menguasai ’pasaran’! dan kitalah ’pasaran’ yang mereka perebutkan itu!!!
Adapun pertentang yang hakiki adalah pertentangan antara Islam melawan kedua kutub tersebut, Timur dan Barat sekaligus. Islam adalah kekuatan sejati yang menentang kekuatan materialisme yang dijadikan agama (din; aturan hidup) oleh orang-orang Eropa, Amerika dan Rusia (dan saat ini di seluruh dunia-red) tanpa ada bedanya sedikitpun. Islam memberi jaminan konsepsi yang seimbangtentang alam, kehidupan, dan manusia, dan menggantikan benturan-benturan serta antagonisme itu dengan solidaritas sosial, lalu menciptakan kehidupan spiritual yang bersambung dengan Sang Maha Pencipta dan mengatur arahnya di dunia ini. Ia tidak sekedar berhenti pada realisasi pemilihan kekayaan semata-mata,betapapun berusaha mencari kekayaan itu dianggap pula sebagai salah satu bentuk ibadah dalam islam.
Hakekatnya adalah bahwa agama-agama spiritual—dengan kristen pada barisan paling depan—menolak materialisme. Eropa-amerika, seperti halnya ia juga menolak komunisme Rusia, karena keduanya memiliki watak yang sama dan bertentangan dengan ide spiritual dalam kehidupan. Akan tetapi agama kristen –seperti yang saya lihat—tidak memiliki kekuatan positif dalam menghadapi pemikiran-pemikiran materialisme modern. Kristen adalah agama yang mengisolir diri dan pasif; ia tidak memiliki kekuatan untuk menumbuhkan kehidupan di bawah naungannya secara kontinu. Agama ini melaksanakan tugasnya hanya dalam lapangan-lapangan yang amat terbatas dari kehidupan manusia, sesudah itu ia tidak memiliki kemampuan apapun untuk mendorong kehidupan praktis dalam berbagai seginya. Bisa dimaklumi, karena agama ini hanya bersifat temporal yang terbatas untuk masa antara yahudi dan Islam. Maka ketika orang-orang Eropa memegangnya dalam menghadapi kondisi-kondisi historis tertentu, lemahnya agama ini dalam menghadapi perkembangan kehidupan yang terus-menerus berkembang, lalu ia mengisolasi diri dalam tembok-tembok gereja dan hati sanubari individu serta tidak melibatkan diri dalam kehidupan nyata, karena ia memang tidak memiliki kekuatan bersaing, berkembang, dan tumbuh.
Agama kristen, tak ayal lagi, tidak mampu menyertai sistem sosial-ekonomi yang berkembang tanpa henti, karena pada intinya ia tidak memiliki konsep yang jelas tentang kehidupandan kenyataan praktik hidup sehari-hari. Akan halnya islam, ia merupakan satu sistem universal yang lengkap. Di dalamnya terdapat sistem kepercayaan, syari’at, dan sistem sosial ekonomi yang ditundukkan melalui kesadaran hati nurani dan syari’at, yang menerima pertumbuhan dalam berbagai cabang dan bentukan-bentukan lainnya.
Islam menawarkan konsep yang lengkap-sempurna tentang alam, kehidupan dan manusia kepada seluruh umat manusia, yang mampu memenuhi segala kebutuhan konseptual. Ia menawarkan pula kepada umat manusia akidah yang kokoh-kuat dan tegas yang dapat memenuhi kebutuhan jiwa. Ia menawarkan kepada masyarakat asas perundang-undangan dan ekonomi yang mampu memenuhi kebutuhan praktis dan sistematis.
Islam menegakkan sistemnya atas asas ide spiritual tentang kehidupan yang bertentangan dengan pemikiran materialistis, dan membentangkan jalan yang diletakan atas asas unsur spiritual dan moral yang menolak ide : pragmatis yang dangkal. Oleh sebab itulah, secara nyata ia berbenturan dengan ideologi materialis yang berlaku di kedua kutub dunia—Timur dan Barat (maupun apapun yang berada diantara keduanya—red). Ia mengangkat kehidupan pada derajat yang lebih tinggi dari wawasan-wawasan sekular yang diagung-agungkan oleh Eropa, Amerika, dan juga Rusia (juga, saat ini, seluruh dunia, dan…kita—red).
* * *
Melalui uraian sepintas ini, jelaslah sudah bahwa kita yang berada di dunia islam amat membutuhkan rujukan bagi sikap kita seluruhnya. Tentang kehidupan, kita memiliki konsep universal dan terpadu yang jauh lebih tinggi dari pemikiran manapunyang dimiliki selurug dunia saat ini. Kita punya hal untuk mengemukakan ide-ide yang bertujuan menciptakan tolong-menolong kemanusiaan yang sempurna, toleransi sosial yang benar, dan bertujuan mengangkat nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari Allah Swt! Jadi dengan demikian, posisi kita bukanlah menjadi pengikut kekuatan manapun, melainkan harus memegang kendali pimpinan!
Akan tetapi kita tidak dapat dengan mudah sampai pada posisi yang kita inginkan itu kecuali harus melalui pengorbanan demi kebaikan kita sendiri dan kebaikan seluruh umat manusia. Banyak beban yang mesti dipikul oleh kaum pemilik modal dan kelompok hartawan, akan tetapi pengorbanan dan beban itu tidak boleh tidak harus dipikul. Kita bisa memilih jalan Islam atau komunis tanpa ada alternatif lain menuju akhir. Eropa dan Amerika—dan kita—telah memilih jalannya sendiri dengan mengabaikan sistem Islam kita, dan keduanya, cepat atau lambat, akan menjelma menjadi komunis berdasar bahwa watak pola berpikir keduanya adalah sama; idenya tentang makna kehidupan ini adalah materialisme. Perbedaannya hanyalah di arus permukaan dan bukan dalam segi hakekatnya!
Para pemilik modal dan kaum hartawan pasti mengetahui apa yang diinginkan oleh komunisme, dan mereka pasti akan menghindari nama ini laksana orang primitif yang mendengar nama jindan setan!!  Oleh sebab itu hendaknya mereka menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa melindungi mereka dan menyelamatkan seluruh umat manusia ini kecuali Islam, yaitu din islam yang hakiki dan benar yang kami kemukakan beberapa diantara prinsipnya berikut contoh-contoh sistem dan jaminannya terhadap hati nurani dan harta kekayaan.
Sungguh, kita saat ini sedang berada di persimpangan jalan. Kita bisa menempatkan diri kita sebagai pengikut blok Barat yang menamakan dirinya kaumdemokratis!atau kembali kepada din kita—Islam, berhukum kepadanya dalam seluruh aspek kehidupan kita, spiritual, ideologi, sosial-ekonomi; berpegang dengan kuat kepada ajarannya, lalu menumbuhkan berbagai cabang kehidupan dalam batas-batas konsepnya yang sempurna dan terpadu, dan selanjutnya melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diberikannya dalam hati sanubari maupun harta kekayaan kita.
Sungguh, kalau kita tidak lakukan semua itu sekarang, kita pasti tidak lagi dapat melakukannya pada masa-masa yang akan datang, sebab dunia yang sudah terkoyak-koyak oleh dua pernag yang berturut-turut itu, yang sudah ambruk akidahnya dan resah jiwanya serta terus menerus berada dalam pertentangan ideologi ini, betul-betul amat membutuhkan kita untuk memberikan akidah , sistem, dan konsep hidup Islam kita yang praktis dan religius ini. Kita tidak mungkin dapat memberikan hal itu sepanjang kita belum mampu membuktikannya dalam kehidupan kita sendiri sehingga seluruh dunia menyaksikannya sebagai suatu kenyataan yang hidup di dunia danbukan sebagai impian dan angan-angan kosong di alam utopia!
Kembali kepada Islam bukan berarti memberi kita semata-mata keadilan sosial dalam kehidupan kita dengan mengabaikan ketentraman dan kekokohan jiwa yang sedang kacau dan tidak memiliki prinsip dan tujuan hidup.
Akan tetapi dengan cara seperti ini ia akan memberikan keadilan sosial dari dalam dan pembentukan kondisi dari luar dan watak yang mandiri di dalam kehidupan bernegara yang akan menghadapi dua kekuatan dunia yang saling bertentangan, lalu menciptakan keseimbangan politik kenegaraan bagi kedua kekuatan raksasa itu.
Bahkan ia pun memberikan kepada seluruh dunia Islam dan membuka kesempatan untuk menciptakan keamanan dengan meningkatkan ketegangan yang akan mendorong pecahnya perang dunia yang baru, sehingga dengan demikian muncullah kekuatan ketiga yang mempunyai konsep tersendiri tentang arti kehidupan dan memiliki watak yang berbeda baik dengan pandangan Barat maupun Timur. Munculnya kekuatan ketiga diantara dua kekuatan yang telah ada inilah satu-ratunya cara terakhir untuk merealisasi keseimbangan internasional di dunia yang selalu diporak-porandakan oleh kedua kekuatan raksasa itu.
Dan kondisi yang ada sekarang ini sudah siap untuk itu dengan munculnya dua kekuatan besar Islam, Indonesia dan Pakistan serta dengan adanya kebangkitan dunia islam lainnya –baik di barat maupun di Timur.
Kepada Allah jualah kita tujukan semua amal ini
Dan kewajiban kita tiada lain berpegang kepada ajaranNya dan beriman sepenuhnya.
————————————————————————————————
SARA?????? Buang jauh-jauh dulu aturan itu. Kondisi dunia saat ini sudah sangat terkoyak-koyak untuk dijahit dengan sebuah benang tipis bernama SARA. Kondisi masyarakat Dunia yang terus berubah dan dinamis bukan alasan untuk tidak menciptakan tatanan dunia yang stabil dan selamat di hadapan Allah.
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul adalah :
  1. bagaimana materialisme mewujud dalam ideologi barat dan timur, serta ideologi yang berada diantara keduanya (liberalisme/kapitalisme, sosialis/komunisme, dan demokrasi), yang sangat jelas bertentangan dengan Islam? Dan bagaimana kita harus memilih?
  2. Bagaimana kita mengikuti jalan Rasulullah menghadapi dua kekuatan ini, seperti layaknya beliau menghadapi kekuatan Romawi dan Persia? Bagaimana cara beliau meraih posisi islam sebagai pemimpin, saat makkah saat itu memang tidak mengkikuti Persia maupun Romawi, namun bukan islam?
  3. bagaimana kontribusi real kita dalam mewujudkan tatanan dunia yang seimbang dan stabil, yang bukan sekedar utopia?!!!
  4. ah…dan lain-lain deh.
Satu hal yang menggelitik, As-syahid Sayyid Quthb menganggap Indonesia sebagai kekuatan besar Islam, tapi pada faktanya, Indonesia pun materialistis. Hakikat hidup hanyalah materi. Jika bukan seperti itu, tidak akan ada carut marut negeri ini. Negeri ini sakit parah, kawan. Kau pun melihatnya.
Karena kita semua akan mati. Apa yang akan kita jawab nanti?
Terbersit mengiringi satu pertanyaan nyelekit,, ”Kenapa Islam Harus Ditegakkan?”

No comments:

Post a Comment