Monday, August 13, 2012

Tanya Jawab Aku dan Tuhan


Ronde pertama rutinitas setiap pagi adalah melintasi dua wanita lanjut usia yang sedang menyapu halaman rumahnya. Wanita pertama kusalami dan kucium tangannya meski tanpa basa-basi, sebab beliau adalah mertua adik iparnya tante tiri-ku. Wanita kedua kutemui di halamannya yang dekat selokan super ga enak baunya. Kusapa setiap pagi "permisi, bu" dan "mari, bu", wajahnya terlihat senang, cantik dengan wajahnya yang habis oleh keriput.

Keduanya, setiap hari selalu meninggalkan jejak pertanyaan di pikiranku. Apa saja yang mereka alami ketika menjadi aku? Tapi semua pertanyaan selalu kujawab sendiri.  Kepalaku mengkhayal sedemikian rupa membayangkan masa lalu mereka.

Tapi pagi ini sedikit berbeda. Bukan tentang dua wanita lanjut usia rutinitas pagiku.

Setelah melompati selokan dan menyusuri beberapa meter jalan setapak menuju beberapa meter gang sempit sela-sela dinding rumah yang nyaris berdempet (bayangkanlah :D), keluar dari gang, seorang kakek berlarian mengejutkanku, mengejar sepeda tukang jamu.

Kakek itu berlari, seperti anak 1,5 tahun yang belajar berjalan dan berlari. Ringkih, tertatih, terhuyung-huyung, tetapi berlari.

Di detik kejutan itu, aku mendapat jawaban yang tidak aku pertanyakan. Jawaban --atau tepatnya teguran-- tentang masa depan : Kalau tidak mati, kau pasti kembali menjadi anak kecil.

Aku bertanya tentang masa lalu, Tuhan memberiku jawaban tentang masa depan.

Tertegun.












13 Agustus 2012, 12.30
jam istirahat, ngantri sholat