Wednesday, February 23, 2011

Bencana Indonesia : Berita Buruk yang Tak Kunjung Usai


Hari ini Allah menyusun skenario yang lucu. Kalau ke kampus, biasanya rutenya itu lewat soekarno-hatta. Tapi hari ini aku belokkan rute lewat cicaheum. Sepanjang jalan saya pasang earphone dengerin radio MQ FM, menunggu telepon yang kukhawatirkan tidak terdengar saat di jalan. Biasanya pagi-pagi setelah acara tahajud call, ada risalah pagi. Selalu ada inspirasi dadakan sekaligus menghibur diri, rute cicaheum padat di hari senin.
Di peralihan acara tahajud call-risalah pagi, iklannya banyak. Baru setelah  hampir sampai ujung berung, risalah pagi dimulai dengan berita.
Aku mulai berjalan di area pasar ujung berung yang luar biasa padat. Lalu si penyiar memulai beritanya. Seperti biasa, berita-berita Indonesia adalah bencana.
“Berita pertama datang dari kota kita tercinta, dari bandung. Kebakaran melalap pasar ujung berung ahad malam,” Lalu aku menoleh ke sebelah kiri. Benar. Pasar Ujung Berung berantakan dan gosong. “Sekitar 500 kios dan 100 lapak hangus terbakar,” Waw. “Kejadian ini menarik untuk ditonton warga, sehingga petugas kebakaran mengalami kesulitan dalam menanggulangi kebakaran tersebut,” Pada saat yang sama aku melihat lelahnya para petugas pemadam kebakaran dan kerumunan warga yang antusias menonton kebakaran tersebut, termasuk aku. Agak lumayan juga mengatur konsentrasinya, antara mengendarai motor, mendengarkan berita, memusatkan pandangan pada jalan raya, dan memenuhi ketertarikan pandangan ke kebakaran tersebut.
Memang skenario yang lucu. Seolah-olah si penyiar menjadi narator dari peristiwa yang kulihat. Ya memang lucu, dan kelucuan itu menghilang saat aku mulai memposisikan diri menjadi korbannya, pemilik kios dan lapak yang barang-barang dagangannya sudah tidak bisa lagi diselamatkan. Aku melihat barang-barang yang seharusnya menjadi penghasilan, hangus terbakar. Dan mulai merasa bingung, bagaimana ini?  Itu kalau aku jadi mereka. Kalau aku jadi mereka, aku tak kan pernah memperhatikan berita selanjutnya. Ya, karena berita buruk belum selesai.
Kalau berita pertama itu, Bandung yang dingin jadi panas, berita kedua Karawang yang panas menjadi dingin. loh? Banjir maksudnya.  Ratusan (atau puluhan ya?) hektar sawah terendam banjir. Kalau aku jadi petaninya, aku akan merasa sesak, dan mulai bingung, bagaimana ini? Itu kalau aku jadi petaninya. Kalau aku menjadi petaninya, aku tak kan pernah memperhatikan berita selanjutnya. Lagi-lagi, berita buruk belum selesai.
Bencana ketiga adalah…bencana korupsi. Lagi-lagi skandal bank century. Hmm…aku tak kan mencoba memposisikan diri menjadi orang-orang yang terlibat di dalamnya (amit-amit dah!). Disini, aku memposisikan diri menjadi diriku. Rakyat indonesia. Korbannya. Sesak bukan main.
Aku memposisikan diri menjadi diriku, yang menonton ribuan bencana di negeri ini. Yang mulai berpikir, apa penyebab semua ini? Seolah-olah tidak ada Rasulullah yang memandu manusia di negeri ini, seolah Qur’an tidak pernah sedikitpun menjejak di tanah ini.
Itu dia! Jangan-jangan, negeri ini tidak pernah mau nurut. Kapan negeri ini tunduk pada Allah? Kapan negeri ini menjadikan Rasulullah sang pembawa risalah dan orang-orang yang meneruskan risalah beliau, sebagai pemandu utama, dan Al-Qur’an sebagai perjalanannya, sebagai sebuah negeri? Bukankah ingin, negeri ini selamat di akhir nanti? Bukankah itu satu-satunya jalan?
Ya, kapan negeri ini pernah menurut pada Allah? Kita tahu pasti, tidak menurut pada Tuhan berarti menurut pada setan.
Ah, ya! Sang Penyiar lupa menyampaikan satu bencana besar.
Bencana besar ini adalah….bahwa Indonesia adalah pemegang rekor setan terbanyak di dunia!
Coba caja hitung, mulai dari pocong, kuntilanak, tuyul, jin ifrit, genderewo, kolor ijo, suster ngesot sampai suster keramas (btw, dokternya kemana ya? hhaha).
itu baru setan tipe jin. Belum sama setan tipe manusia kayak setan kelas dunia ini nih :
Kebayang dong, seterpuruk ini indonesia kita, tidak layakkah kalau kita menduga setanlah yang menyebabkan ini semua? Entah itu setan gaib ataupun berwujud. Yang terus mengikuti kepentingan pribadinya. Setan gaib punya kepentingan untuk ‘menambah teman di neraka’, dan setan yang berwujud punya kepentingan untuk ‘selamat dan sejahtera’ di dunia. KITA yang jadi korban. atau malah, kita yang jadi setannya??? iiih…Na’udzubillahimindzalik…amit-amit deh! aku masih mau masuk surga, sumpeh deh!
ya begitulah,,,Satu berita bencana pasti yang semestinya tak perlu lagi disampaikan oleh penyiar berita. Kiamat Sudah Dekat.
Oh, tapi semestinya tidak cuma itu yang harus kita perhatikan. Kematian Bisa Terjadi Kapan Saja. Kontribusi apa yang telah kita lakukan untuk menyelamatkan NEGERI ini di hadapan Allah?
Jatinangor, 18 januari 2010
Kabar buruk belum selesai…

No comments:

Post a Comment