Indonesia dan multikulturalisme
Friday, October 17th, 2008
Friday, October 17th, 2008
Dimanapun dan kapanpun, perbincangan mengenai Islam selalu menarik. Pertanyaannya adalah, siapa saja yang tertarik? Mengingat kondisi masyarakat saat ini yang memisahkan kehidupan dunianya dengan Islam. Ternyata, orang-orang yang tertarik untuk berdiskusi atau mendebatkan Islam adalah orang-orang ’atas’. Sementara orang-orang bawahnya sendiri dapat dikatakan tidak peduli apa yang mereka diskusikan.
Beberapa kali saya menyaksikan debat di salah satu stasiun televisi swasta mengenai Islam, terutama penegakan syari’ah Islam. Bagi orang-orang yang tidak paham, semua pihak seperti memaksakan kehendak masing-masing, lalu pusing dan tidak peduli. Bagi orang-orang yang paham keinginannya, baik itu ingin Islam atau ingin lawannya, ini akan sangat menarik. Bagaimana ia akan melihat keinginannya diperjuangkan. Satu pertanyaan lagi, apakah ia benar-benar menginginkannya atau hanya sekedar mengikuti orang banyak??
Tanpa kita sadari banyak sisi hati dan pikiran kita yang kita tutup karena kita tidak mau tersesat. Lebih jauh lagi, tersesat adalah jalan ke neraka. Hanya ada satu jalan ke syurga, tidak pernah ada jalan tengah. Pilihannya hanya ada dua, syurga atau neraka. Tapi bagaimana kita akan menemukan kebenaran jika kita tidak membuka hati dan pikiran? Bukan terhadap orang yang menuntun kita, tetapi apa yang mereka sampaikan. Atau ketika sudah merasa menemukan ’jalan’ yang benar, apakah sungguh benar? Allah sudah mengingatkan : ”maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada din (Islam); fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah, itulah di yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan kembali bertaubt kepadaNya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang yang memecah belah din mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Q.S. Ar-Rum : 30-32)
Maka pantaskah kita masih menutup hati dan pikiran? Saya pernah mendengar bahwa ideologi seseorang dapat terlihat dari apa yang ia bicarakan.. Tetapi jangan sampai kita sibuk mendeteksi ideology apa yang seseorang bawa sehingga melewatkan apa yang ia bicarakan. Hanya Allah yang tahu dimana dan kapan hidayah akan dating, kepada yang belum atau yang sudah paham. Siapa yang tahu, ternyata yang ia bawakanlah yang membawa kita ke SYURGA.
Kembali ke topic. Dalam suatu perbincangan mengenai Islam di kalangan orang-orang ‘atas’, pancasila dan UUD 1945 dan kawan-kawannya selalu disebut-sebut. Bagi orang-orang yang –sekali lagi—tidak tahu, hal itu tidak akan terperhatikan. Toh pancasila dan kawan-kawannya itu adalah system yang terbaik menurut pelajaran PPKn waktu SD dulu, yang terpatri dalam pikiran kita hingga sekarang. The next question is…apakah ada hubungannya pembicaraan mengenai Islam dengan Pancasila dkk???? Inilah yang mesti dicari, bahwa hati dan pikiran kita harus tetap terbuka.
Apa hubungannya? ??
Satu pernyataan dari debat terakhir yang saya saksikan, yang saya garis bawahi.
Dari pihak Kristen (PDS) menyetakan bahwa orang-orang muslim (dalam hal ini PBB) terlalu memaksakan untuk menerapkan syariat Islam. Lalu pihak PBB menyatakan bahwa pihak non muslim (dalam hal ini PDS) terlalu memaksakan untuk menolak.
Saya pikir ada benarnya. Ketika dipaparkan penelitian tentang Islam oleh ilmuwan-ilmuwan di dunia, yang menyatakan bahwa Islam-lah sistem yang terbaik dalam hal apapun, mereka mengelak dengan mengatakan, ”jangan lupa bahwa bangsa ini berdiri dengan multikulturalisme.” intinya mereka ketakutan akan tersisih.
Pertnyaan lain yang muncul adalah : ”benarkah multikulturalisme yang membangun Indonesia ??”
Secara sederhana, kita lihat dari sejarah masyarakat Indonesia sebelum masa penjajahan. Urutan kemunculan kepercayaan besar di Indonesia adalah Hindu, Budha, Islam, lalu Kristen. Kapan masa penjajahan Indonesia dimulai? Yaitu pada saat kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia mulai berjaya. Saat itu agama Kristen belum muncul. Kita ingat bahwa bangsa penjajah memiliki 3 misi, yaitu glory, gold dan gospel (Kristen masuk setelah penjajahan, merupakan indikator terwujudnya misi gospel yang dibawanya). Mengapa penjajahan baru dimulai saat Islam muncul? Apakah faktor ketakutan Islam akan menguasai dunia seperti yang diramalkan? Tentu saja hal ini berbarengan dengan dimulainya penghancuran Islam di wilayah-wilayah yang dikuasainya, mulai dari perang fisik, pemikiran, dkk.. Satu lagi pertanyaan : ”Siapa yang berjuang mempertahankan Indonesia sebelum periode pahlawan-pahlawan Nasional yang sering disebut-sebut dalam buku sejarah?”
Coba ingat nama-nama pahlawan kita. Mulai dari Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Tuanku Imam Bonjol, Fatahillah, si Pitung, Pangeran Dipenogoro, Sultan Hassanudin, sampai Pattimura yang disangka seorang nasrani, ternyata berjuang pada barisan Islam. (nama asli Pattimura adalah Ahmad Lussy, dengan lafal pengucapan mereka, menjadi Mat Lussy). Apakah ada yang bukan muslim menjadi panglima perang melawan penjajah??
Tentang perjuangan yang disebut buku-buku sejarah ’kedaerahan’, ingat kisah perjuangan tuanku Imam Bonjol yang mendapat bantuan pasukan Dipenogoro dari jawa? (atau kebalik ya?).Kisah ini menunjukkan bahwa setiap daerah dengan Islam sebagai sistemya sangat terkoordinansi dengan baik. Perjuangan kedaerahan tidak akan melibatkan pihak/daerah lain dalam perjuangannya. Atau lebih baik kita kaji lagi sejarah-sejarah Indonesia dalam literatur-literatur baheula. Betapa banyak kerjasama antar daerah dalam rangka mempertahankan keutuhan Indonesia dari serangan penjajah. Masih bisa dibilang bahwa Indonesia dibangun dengan multikuturalisme? ? Tanya juga bagaimana nasib rakyat bukan muslim. Tidak tersisih. Mereka ikut memperjuangkan. Tapi siapakah yang menggerakkan?
Nama-nama seperti Soekarno-hatta dkk muncul setelah adanya politik etis. Hasil dari politik etis adalah generasi muda bangsa Indonesia yang ’berpendidikan’ dan rasa ’nasionalisme’ yang kuat. Kalau dipikir-pikir, baik banget belanda memberikan pendidikan untuk jajahannya. Ada apa? Ternyata hasilnya adalah doktrinasi isme-isme luar yang ’merusak’ atau hanya baik dari satu sisi dan di sisi lain ia akan menimbulkan keburukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tujuannya, menghancurkan Indonesia, lebih tepat lagi menghancurkan Islam yang ada di Indonesia.
Jadi siapa yang membangun Indonesia ???
No comments:
Post a Comment