Wednesday, February 23, 2011

"Gak Mau Yasinan!"


“Gak mau yasinan!!”
Aku tertegun dengan pernyataan anak itu magrib tadi. Umurnya hanya sekitar 8 tahun, cenderung pendiam dengan wajah polos. Namun beberapa hari ini baru ku kenal dia, setiap berbicara selalu bermakna. Kadang membuatku tersenyum geli. Benar-benar tidak seperti terlihat dari luar.
Hari ini adalah hari ke 4 aku mengajar. Setelah 3 tahun sebelumnya hanya bantu-bantu, bisa dihitung jari selama setahun. Kali ini ‘terpaksa’ aku handle, karena banyaknya anak yang luntang-lantung disekitar, dan bubarnya beberapa kelas di sanggar. Kusadari dengan sangat, aku sangat tidak berminat menjadi guru.
Masih linglung dengan bahasan, sikap, dll. Menghadapi anak-anak bukan keahlianku, jujur saja. Dipenuhi salah tingkah, cenderung tidak berwibawa, karena aku sendiri pun masih bersikap seperti mereka. Tidak terkendali. Seperti hari ini.
Jadwal belum kutetapkan, pun, aku sungguh bingung bagaimana menyampaikan apa yang kupahami pada mereka. Hari pertama, kuisi dengan cerita Nabi Ibrahim. Hari kedua, kuisi bahasan tentang Tuhan, tapi diprotes ibu karena terlalu berat, katanya. Hmmm…okay…hari selanjutnya kuisi dengan hafalan surat pendek. Belum berhasil.
Dan hari keempat ini…
“teh, malem jum’at nya ayeuna? Yasinan berarti” salah seorang anak nyeletuk. Sedikit kaget sebenarnya. Aku tidak pernah punya ide untuk yasinan setiap malam jum’at. Dan sebelumnya pun kujanjikan untuk membahas pekerjaan rumah setiap hari rabu dan kamis.
“iyaaa yasinan aja teh…” koor anak-anak menjawab. Bingung. Semenjak dulu tidak pernah mengkhususkan surat yasin untuk malam jum’at. Bagiku, semua surat itu istimewa. Ketika Yasin memberi banyak keutamaan, aku yakini yang lain pun begitu. Tapi nampaknya sekitarku tidak.
Didukung oleh anak-anak yang sebagian besar tidak membawa PRnya masing-masing, akhirnya …baiklah, yasinan aja deh, sekalian tes ngaji anak-anak.
Protes Tio tadi, benar-benar membuatku tertegun. Seperti mendapat kawan saat benar-benar sendirian. Seperti menemukan aku masa kecil. Meskipun tak tahu alasan apa sebenarnya yang ada di pikirannya, entah bosan, entah ingin mengerjakan PR sekolah, ah… entah apa. Tapi, aku menyukainya. yang aku tahu tidak mungkin dia protes karena bosan, karena dia sangat suka membaca Quran, paling expert diantara yang lain.
Tio benar-benar pundung! Kubujuk dengan apapun dia tidak ingin ikut mengaji. Kukatakan setalah nanti mengaji dia bisa kubantu mengerjakan PRnya, tetap tidak menyahut. Sampai akhirnya kubiarkan dia diam sementara teman-temannya mulai mengaji. Diam, dengan muka tertekuk. Terus terang, aku geli melihatnya. Dia menentang, tapi tak bisa berbuat apapun. Dia seperti sendirian, dan sangat kesal… dia membuka Quran dengan surat yang berbeda. Kulihat dia mengaji sendiri, tapi tidak focus. kuamati terus tingkahnya. Lama kelamaan mulai membuka Qur’an, mencari-cari surat Yasin. Lalu mulai mencari ayat yang sedang dibaca, akhirnya ia mengikuti membaca. Tapi hatinya tetap kesal, kulihat dari raut mukanya. Saat tes individual, kusuruh mereka meneruskan mengaji masing-masing 6 ayat, dia menolak. Benar-benar menolak. Padahal hari-hari sebelumnya, dibalik kediamannya, dia cemerlang. Hafalan ok, konsentrasi ok, pemahaman ok…
Yang kuamati dari Tio beberapa hari ini, membuatku berpikir…aku akan banyak belajar darinya. Dan dialah, saat ini, yang menjadi inspirasi dan doronganku…untuk menjadi guru…haduuuh.
@ @ @
Ada beberapa hal yang aku pelajari…
Pertama, seringkali fitrah mengarahkan kita untuk menolak sesuatu yang sepertinya terlihat baik, namun ternyata salah, atau tidak terlalu tepat.
Kedua, seberapapun kokoh kita berbeda pandangan dengan orang lain, ketika hanya berada sendiri dan tidak terikat pada penopang, tidak ada sokongan, toh…akan TERHANYUT juga.
Ketiga, berada sendirian ditengah orang-orang yang berbeda pandangan, dan tidak bisa berbuat apa-apa, itu sangat MENGESALKAAAAAAN!
Keempat, selalu ada satu hal yang kita yakini mati-matian, yang tidak bisa digugat oleh keadaan dan kondisi apapun. Kalaulah itu bukan suatu KEBENARAN, maka itu adalah KESALAHAN.
Kelima, aku seperti menemukan ‘aku’ yang lain
Keenam, aku harus belajar jadi guru haha,
ketujuh, ada yang mau nambahin?

Sanggar Annur, 25 November 2010
..hati-hati hanyut, kawan ^^

No comments:

Post a Comment