Hati manusia adalah sumber dari semua tindakan dan sikap dalam kehidupannya. Dilihat dari sudut ini, hati manusia terbagi atas dua corak.
Pertama, adalah hati yang belum dihuni oleh satu atau beberapa konsep tertentu, tetapi dari waktu ke waktu selalu dimasuki oleh berbagai pemikiran yang berbeda, pandangan yang beraneka, dan kesadaran yang beragam. Yang memberikan arah bagi setiap aktivitas dan amalnya adalah konsep, pandangan dan kesadaran yang terkuat diantara beragam konsep yang menghuni hatinya.
Kedua, adalah hati yang tidak dihuni oleh pemikiran-pemikiran atau pandangan-pandangan yang berbeda, tetapi telah dikuasai oleh satu atau beberapa konsep tertentu, dimana setiap amal kehidupannya baik keseluruhan maupun bagian-bagiannya telah dibentuk oleh pemikiran tersebut untuk selamanya. ia, dari waktu ke waktu melahirkan amal yang telah tersusun dan teratur rapi.
Kondisi yang pertama dapat diibaratkan seperti sebuah jalan terbuka yang boleh dilalui siapa saja, tanpa ada seorangpun, baik ia turis ataupun pelancong, yang memperoleh hak istimewa lebih dari orang lain. Sedangkan kondisi kedua dapat diibaratkan seperti suatu alat cetak, dimana setiap barang yang keluar dari alat itu pasti menuruti matras cetakan tersebuit. (ngerti ga? Hehe)
Saat hati berada pada kondisi pertama, bias dikatakan bahwa ia tidak memiliki garis hidup apapun, sesekali aia bias menampilkan sosok setan, dan kapan saja ia mau ia bias menampilkan bentuk amal para malaikat. Setiap amalnya, dari waktu ke waktu, tidak pernah berada dalam bentuk tertentu.
Saat hati berada pada kondisi kedua, bisa dikatakan bahwa ia PASTI memiliki garis hidup tertentu, dan hidupnya pasti akan teratur, terpelihara, tertib, dan serasi. Lantas, secara PASTI bias kita katakana bahwa ia akan beramal dengan bentuknya sendiri dan mengikuti tata waktunya sendiri pula.
Pemilihan system dan tata aturan tertentu bagi amal kehidupan manusia, yang diharapkan bisa dipegang dan memberikan ketentraman, sepenuhnya bergantung pada bagaimana kita memiliki garis kehidupan tertentu yang pasti, keluar dari kondisi dengan banyak pengaruh pemikiran yang beragam, lalu menetapkan satu pikira tertentu yang rambu-rambu dan batasan (furqan)nya ia ketahui dengan pasti, dan semestinya pemikiran tersebut muncul dari SUATU SUMBER YANG PASTI, KUAT, dan KOKOH, dimana ia tidak akan member celah bagi masuknya pemikiran lain yang ikut campur dalam urusan hidup DAN MATI yang melahirkan kekacauan amal dan benturan-benturan amal-amal yang tidak selayaknya berbenturan.
Amal shaleh hanya akan lahir dari hati yang memiliki konsep yang sepenuhnya shaleh…tidak bercampur baur antara yang benar dan yang salah…itulah ibadah yang murni (QS 98:5).
Abul A’la Maududi
dari awalan buku Dasar-Dasar Iman
dari awalan buku Dasar-Dasar Iman
No comments:
Post a Comment