Benar-benar terkesima dengan langit semalam!
Awal Desember yang cerah, pukul 11 malam masih dalam perjalanan pulang. Tapi, bagaimana caranya menikmati langit sambil berkonsentrasi pada kendaraan, coba?
Dan Allah menunjukkan caraNya sendiri untukku. Ah, lagi-lagi aku malu dengan cintaNya.
Ada satu titik di rute ke arah rumah yang selalu gelap sempurna di malam hari. Ditambah jalan yang sepi (ya iyalah secara gitu tengah malem), jadi leluasa untuk agak ‘lengah’. Entah inspirasi darimana yang membuat
kepalaku mendongak ke atas dalam kondisi jalanan butut, gelap, dan sepeda motor yang melaju. Dan saat itulah, jeng-jeng....taburan bintang ! Cerah...aku tersenyum dan berucap subhanallah..
kepalaku mendongak ke atas dalam kondisi jalanan butut, gelap, dan sepeda motor yang melaju. Dan saat itulah, jeng-jeng....taburan bintang ! Cerah...aku tersenyum dan berucap subhanallah..
Dan beberapa meter setelah itu, sampai ke belokan gang rumah yang jalanannya menurun. Kalau kau berdiri di ujung gang, langit yang terlihat cukup luas. Dan...kejutan! andai aku punya kamera, benar-benar terkesima! Ada segumpal awan hitam di langit barat, sepertinya. Dan aku melihat bulan sabit menyembul diantaranya. Siluet yang indah...aku bukan hanya tersenyum saat itu. Aku menjerit. Tengah malam.
Allah benar-benar membuat hatiku senang semalam. Deg-degan, berdegup kencang, panas dingin.
Kalau segini saja perasaanku begini, bagaimana perasaan Rasulullah saat bertemu denganNya? Pantas saja, sampai duduk bersimpuh Rasulullah saw saat salam terucap, bersimpuh tak berdaya di posisi tahiyyat.
Assalamu’alaika ayyunannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh..
Assalamu’alaina wa ‘ala ibadillahishshalihiin..
Mengetahui Rasulullah begitu tak berdaya saat itu, rasanya aneh jika setelah ini, tahiyyat-ku masih terasa tak menggetarkan hati. Bukankah saat shalat itu, aku bertemu denganNya?
Assalamu’alaika ayyunannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh..
Assalamu’alaina wa ‘ala ibadillahishshalihiin..
***
Setengah jam sebelumnya...
Apanya yang aneh dengan kesenjangan sosial? Rasanya sudah tidak aneh, permasalahan ini mutlak selalu membuat konflik diantara manusia. Karena memang hakikatnya manusia adalah makhluk yang mencintai dunia dan seisinya. Kalau diberi emas segunung, dia akan minta dua gunung. Diberi dua gunung, dia akan meminta empat gunung.
Dan mutlak juga, karena Allah yang menginformasikan:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS Ali Imran : 14)
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS Al-Baqarah : 212)
‘dia’? asa si gue bukan manusia aja hehe..
Dan karena ke’mutlak’annya itu, tidak mungkin aku memaki dalam-dalam pada setiap kesenjangan yang ada. Kalau pada setiap masalah aku memaki, aku akan terus memaki seumur hidup!
Maka solusinya memang Cuma satu, mengubah persepsi diri sendiri. Untuk setiap hal yang seharusnya membuatku marah dan kesal, tertawakan saja. Antrian diserobot, lama menunggu, berkonflik dengan teman, dan kawan-kawannya, rasanya tidak terlalu layak untuk dipikirkan. Bukankah itu resiko keseharian hidup. Meski tidak diluputkan dari pengkajian kita tentang hidup. Akar masalah, sebab-akibat, dan penyelesaian.
Tapi, malam tadi aku benar-benar menertawakan dunia.
Ketika aku mengantri isi bensin, honda jazz merah kinclong yang dikendarai seorang gadis muda cantik semampai itu, belum ada di belakang motorku. Sampai pada tiba satu motor di depan sudah hampir selesai, seorang petugas pom bensin yang tadinya santai-santai saja, mengarahkan honda jazz keren itu untuk maju, agar mudah digapai selang pengisi bensin.
Motorku memang tidak kinclong, leduk, meski sama-sama berwarna merah. Dan aku juga tidak cantik semampai. Dan aku juga hanya berniat mengisi bensin 5ribu sajah, bukan 50ribu (nya atuh luber ari kitu mah haha). Dan itu mobil dan petugas pombensin, melengos saja seolah aku tak terlihat.
Ha!
Aku benar-benar tertawa. Geleng-geleng kepala sambil berpikir, “hai dunia, apa yang sedang terjadi padamu?”
Tentu saja, masih sambil tertawa. Menertawakan dunia.
***
Kalau Allah memperlakukan Rasulullah sebagai hamba dan utusanNya, dengan hadiah yang indah setelah berdiri tegar pada kesedihan, mengapa tidak pada hambaNya yang lain?
Betapa perih Rasulullah melepas Istri dan Pamannya tercinta, yang berdiri di depan dan belakangnya sebagai perisai, tonggak utama perjuangan, justru pada saat-saar terberat umatnya. Pemboikotan dan pengucilan. Kalau dibayangkan, bisakah kita bertahan tidak dibiarkan berbicara dengan saudara satu nasabmu, tidak dibiarkan bisa membeli dan menjual apapun untuk kehidupanmu, bagaimana kau bisa hidup? Berat.
Dan Hadiahnya, jalan-jalan semalam suntuk bersama Jibril dan berkunjung ke ‘Arsy Allah swt. Studi banding dengan nabi-nabi, berkonsolidasi dengan malaikat-malaikat, survey surga dan neraka...berkunjung ke langit!
Keperihanku hanya segores ironi. Dan perjuangan beratku belum meneteskan setetes darahpun. Dan Hadiahnya, dua kali lipat tawa kesenangan dan kejutan untuk sebuah tawa ironi.
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungm. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS: Al-Insyirah : 1-8)
Satu tawa ironi, dua tawa kesenangan.
Satu kesulitan, dua kemudahan.
Janji Allah itu..................ternyata NYATA.
Kamar, 2 Desember 2011, 10.12
Mengingat satu hari yang serba ngebut
Terimakasih Allah, untuk tawa sehari penuh
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap..
No comments:
Post a Comment