Apa reaksimu ketika melihat tumpukan cucian piring di wastafelmu yang berhari-hari belum dicuci? Ditambah sampah-sampah sisa makanan yang dibiarkan begitu saja tetap disitu, membusuk, berjamur, bau busuk. Bayangkan berapa banyak mikroba disana. Setelah setahun pengerjaan skripsi bergelut dengan mikroba, hmm...ngeri membayangkannya.
Taruhlah setiap hari ibumu memproduksi makanan-makanan dan tak sempat membereskannya. Adonan-adonan berceceran di lantai, dihiasi debu-debu kaki, adik-adikmu yang berseliweran bermain kesana kemari, tumpukan baju-baju tak terurus, sepatu, kaus kaki yang sudah hilang pasangan-pasangannya, kompor yang menyala, bumbu-bumbu dapur berserakan, kulkas sudah dipenuhi sisa-sisa makanan yang tak akan dimakan
lagi (tak akan ada yang mau). Kadang kau bertanya-tanya kenapa ibumu mempertahankan pola seperti itu.
lagi (tak akan ada yang mau). Kadang kau bertanya-tanya kenapa ibumu mempertahankan pola seperti itu.
Rumahku, bukan surgaku. Itulah reaksiku di kebanyakan waktu. Lebih baik pergi dan kemudian mendapati rumah sudah rapi beberapa bulan kemudian (lebay). Ternyata tidak. Ternyata tanganku, dan tanganmu (atas masalahmu)-lah yang bisa mengatasinya.
Jadi apa reaksimu?
Satu kali aku coba menguatkan diri menyentuh kotoran-kotoran busuk itu. Kalau dibiarkan begini terus, satu hari akan menumpuk lebih banyak dan aku akan memutuskan “lebih baik pergi dari sini”. Itu sama sekali tidak baik. Yah, memang mau pulang kemana kalau bukan ke rumahmu? Rumahmu Surgamu. Kalau tidak surgamu, maka Rumahmu Amanahmu. Bukankah itu akan dipertanyakan saat di akhirat nanti?
Oke, balik ke masalah cucian piring. Perlu tekad kuat untuk memulai. FYI, rasanya berat dan kurasa memang tekadku sangat tidak kuat a.k.a lemah. Maju selangkah ke arah wastafel, mundur lima langkah. Beraaaaaattt....benar-benar godaan. Coba saja sendiri. Satu jam kemudian barulah kumulai. Geli memang, tapi kuyakinkan tanganku tak akan ikut membusuk dengan membersihkan kotoran-kotoran busuk itu. Dan.....selesailah.
Kawan, ternyata disanalah fokus.
Fokus : Mempertahankan tekad, dan berpikir kedepan.
Aku ketakutan, bahwa masalah-masalah ini akan terus bertahan dan menumpuk jika tidak ku selesaikan.
dan...Siapa yang mau bilang fokus itu mudah? Eat me!
Mari kita bertanya kenapa orang-orang yang fokus selalu mendapatkan kedudukan atau posisi yang kuat baik secara fisik maupun jiwa? Karena memang BERAT. Bukankah semakin berat ujianmu, tanda semakin sayang Allah padamu? Bukankah semakin teguh kau pikul amanahmu, semakin besar penghargaan Allah padamu?
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?”(TQS Al-Balad : 10-12)
Mendaki lagi sukar.
Apakah dengan cuci piring, saya jadi telah menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Woho...tergantung. Tapi tenang, ini bukan masalah cuci piring. Karena tidak semua orang punya amanah untuk cuci piring di rumahnya masing-masing, bukan? (loh?)
Bukan, ini bukan masalah cuci piring. Tapi, coba kita bayangkan. Rumahmu Amanahmu. Jika Rumahmu dan rumahku diperluas menjadi Bumimu dan Bumiku...
Apa yang kugambarkan diawal sebagai Rumahku, bisa jadi tidak lebih berantakan dari Bumiku. Sedangkan mengenai amanah, jelas bahwa Bumi yang kita huni ini adalah amanah kita, Rumah kita. Sudah JELAS yang Allah firmankan :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Albaqarah : 30)
Amanah yang kita terima bahkan ketika gunung-gunung pun menolaknya.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS Al-Ahzab : 72)
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir” (QS Al Hasyr : 21)
Untuk pernyataan "Kadang kau bertanya-tanya kenapa ibumu mempertahankan pola seperti itu", mungkin, karena janji kita itulah, Allah 'membiarkan' semua kekacauan ini untuk kita selesaikan.
Kalau Bumiku adalah Rumahku
Berapa banyak masalah yang ada di muka bumi? Seperti Rumahku yang tadi?
Lalu apa reaksimu? Apa reaksiku? Memulai berbenah, atau memulai melarikan diri? Kalaulah saya berpikir untuk membiarkan kotoran-kotoran tadi dan pergi, menunggu orang lain yang membersihkannya, perasaanku tetap tidak nyaman. Masalahnya, jika ingin pergi dari Bumi, mau pergi kemana?
Maka yang bisa menyelesaikannya adalah tanganku. Bagaimana caranya? Sentuhlah. Tapi kuyakinkan tanganku tak akan ikut membusuk dengan membersihkan kotoran-kotoran busuk itu. Dan.....selesailah.
Berat? Memang. Seperti beratnya tangan bersihku memulai untuk menyentuh kotoran busuk itu.
Tapi apa yang dijanjikan Allah untuk orang-orang yang fokus? Untuk orang orang yang memilih jalan mendaki lagi sukar? Dan bagaimana, jalan yang mendaki lagi sukar itu?
“ (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.” (QS Al-Balad 13-20)
Kanan = Surga
Kiri = Neraka
Yang digambarkan Allah pada QS Al-Balad : 13-17, adalah sebagian kecil masalah di Bumi kita, di Rumah kita. Bumimu, Amanahmu.
So, tunggu apa lagi? Mari berbenah ^^
Cikawao, sehabis berbenah rumah
30 November 2011, 11.23
Kuyakinkan tanganku tak akan ikut membusuk dengan membersihkan kotoran-kotoran busuk itu. Dan.....selesailah.
wis.... inspiratif banget tulisannya....
ReplyDeletekeren banget.. SUBANG.... ^_^
aihhhh...curcol euyyy
ReplyDeleteheuheu...tolong, saya butuh pelampiasan...
ReplyDelete