Wednesday, February 23, 2011

Iklan Shampo...

Tau salah satu iklan shampoo di Indonesia yang tentang seorang guru dan siswi-siswinya? Beberapa hari yang lalu saya gak sengaja memperhatikan. Kira-kira begini…
Murid-murid cantik berambut hitam panjang berbaris satu saf di depan sang guru. Sang guru cantik berkacamata dan berambut panjang itu pun mengecek satu per satu rambut siswi-siswinya itu.


“Hmm…luar biasa,” komentarnya pada setiap siswi. Hingga sampailah dia pada seorang siswi yang rambutnya bagus, namun tidak luar biasa.
‘belum luar biasa. Kamu belum pakai “sampo S”?
“belum, Bu,” jawab si murid.
“kamu tau, apa manfaat pakai “sampo S”?”
“rambut lebih bersih, lebih halus, lebih wangi, lebih berkilau…”
“kalau tau, kenapa nggak coba?”


Lalu saya analogikan dengan ini:


Siti berjilbab rapi dan Sri berjilbab tapi jilbabnya mungil. Lalu Dani berkomentar, “Belum mau pake kerudung yang agak gede ya?”
Lalu sri menjawab, “belum ah.”
“tau gak, bedanya pake kerudung kecil sama pake jilbab rapi?”
“tau. Kalo pake jilbab rapi itu lebih tertutup auratnya (menutupi dada), lebih terjamin keamanannya, lebih disegani (gak sembarangan diperlakukan orang), lebih terhindar dari fitnah. Kan sekarang banyak juga yang pake jilbab, tapi maksiat terus jalan. Selain itu, juga lebih termotivasi untuk memperbaiki diri.”


“kalo tau, kenapa gak nyoba?”



Lalu saya analogikan lagi dengan ini:


Negara A pakai hukum islam (baca:hukum Tuhan) dalam menjalankan kebijakannya, sedangkan Negara B pakai aturan manusia dengan berbagai isme-isme didalamnya.
Seprang pengamat politik di Negara B bertanya pada pemerintahnya. “belum mau pakai hukum Islam? Kan, warga muslimnya mamyoritas,”


Sang pejabat menjawab, “Belum bisa, situasinya belum memungkinkan,”


Lalu sang pengamat politik pun bertanya lagi, “Anda tahu kelebihan memakai hukum Islam?”


“Tentu saja saya tahu, saya kan belajar agama. Islam itu kan Agama saya, dari Tuhan, sedangkan Tuhan itu Maha Tahu segala sesuatu tentang ciptaannya. Jadi sepengetahuan saya, kalau pake hukum Islam akan lebih damai, lebih teratur, tidak akan ada penjajahan, rakyatnya sejahtera, pemimpinnya terjamin, dan lain-lain. Contohnya lihat saja Negara A,” dengan wajah bangga sang pejabat menjawab.


Kalau tahu kenapa tidak mencoba?” Tanya sang pengamat politik.


Dan berikutnya saya membayangkan kebanggaan (baca: kesombongan) sang pejabat berganti muka melongo, skak mat!!! Tapi saya tahu karakter pejabat-pejabat bangsa kita.
Selalu ada jalan untuk ngeles (berdalih).



Percayalah, petinggi-petinggi kita sesungguhnya mengetahui KEBENARAN. Kalau hanya sekedar menyampaikan, akan hampir sia-sia. Yang terlintas di benak saya adalah, satu-satunya yang harus kita perjuangkan adalah ‘memaksa’ mereka mengakui, atau mempertahankan konsistensi kita agar jangan sampai terpengaruh apapun yang ‘musuh’ tawarkan.


“Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula).” (QS Al Qalam: 9)

No comments:

Post a Comment