Tuesday, April 7, 2015

Domba dan Kecintaan

Dan benar, syariat qurban itu kalau kata orang sunda mah lain ku domba-domba na teuing (bukan karena dombanya banget).
Ketika Habil memilih ternaknya yang paling baik untuk dikurbankan, bukan karena gemuk dan mulus nya teuing, tapi karena itu adalah ternaknya yang paling ia cintai dan banggakan.
Ketika Ibrahim as diminta berkurban, yang dimintai adalah Ismail as, anak yang diharapkan selama puluhan tahun, yang paling ia cintai dan banggakan.
Lalu, apakah saat ini kita mencintai dan membanggakan domba dan sapi yang akan kita kurbankan??
Bukan. Bukan ku domba-dombana teuing. Kita mencintai harta yang harus kita keluarkan demi menjalankan syariat qurban.
Sampai pada titik keikhlasan kita diuji, "Ih, gening mahal tapi leutik? Daripada kurban embe kecil, mending ga usah," dengan dalil bahwa qurban haruslah yang tergemuk dan mulus.
Atuh, kasihan sekali mereka yang dananya hanya cukup untuk membeli hewan yang hanya mepet persyaratan kurban. Apakah tidak akan diterima?
Maka, ya. Yang kita qurbankan bukan domba-dombana teuing, tapi berapa banyak kita mengurbankan sesuatu yang paling kita cintai (bisa jadi, uang), untuk membuktikan bahwa kita lebih mencintai Allah dibandingkan itu semua.
Wallahu'alam bishshawab.
images
Kontemplasi Dzulqaidah, H-20 Momen Pembuktian Cinta
Bandung, 15 September 2014, 13.40, Hana Muwahhida

No comments:

Post a Comment