Wednesday, March 2, 2011

ISLAM : TEROR UNTUK SIAPA???



Dalam konteks sekarang ini, terorisme dan heroisme berkaitan dengan Indonesia dan Islam, tidak lepas dari ketidaksesuaian pola ideologi antara keduanya. Meski dipaksakan, keduanya menempuh jalan yang berbeda. Maka, yang mana terror dan yang mana hero itu tergantung pada dengan yang mana ia berhadapan. Memang rumit...

Teror adalah sesuatu yang mengganggu dan hero adalah sesuatu yang mengukuhkan. Lantas dimana Islam bagi Indonesia? Itulah inti penyelesaian dari kebingungan umat muslim di Indonesia berkaitan dengan hebohnya ’terorisme’ di  indonesia.

Islam, sejak awal diturunkannya, merupakan sebuah sistem yang mengatur seluruh sisi kehidupan ummatnya secara komunitas maupun secara individual. Setiap individu diolah sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah dengan pola yang terstruktur dan tersambung satu sama lain, serta terikat dengan syari’at yang telah ditetapkan. Pun, Indonesia memiliki sebuah sistem yang mengatur kehidupan masyarakatnya secara komunitas dan beberapa sisi secara indivudual, dengan pola yang juga terstruktur dan berhukum sesuai dengan apa yang telah disepakati dengan musyawarah. Oleh karena itu, Islam dan Indonesia adalah dua hal yang terpisah.

Keduanya terpisah, pertama, karena keduanya merupakan sistem yang sama sekali berbeda dan bertentangan, meski dalam beberapa hal memiliki kesamaan. Kedua, sunnatullah bahwa Islam merupakan sesuatu yang tidak bisa tercampurkan dengan sistem lain. Ketiga, sumber hukum masing-masing berbeda.

Hmm...berat

Lantas bagaimana posisi umat muslim saat ini, menyikapi terorisme untuk Indonesia dan mungkin heroisme bagi Islamnya sendiri?

Pada dasarnya, sikap memberontak para ’teroris’ itu pun memiiki alasan, mengetahui bahwa umat Islam terpenjara hak-hanya untuk menjalankan aturannya secara kaffah, membentuk suatu sistem yang mengatur keseluruhan hidupnya secara kaffah. Terhalang oleh adanya aturan lain yang mengikatnya, yaitu posisinya sebagai masyarakat Indonesia, yang mutlak harus tunduk pula pada aturannya. Juga, adanya isu kebebasan individual dan multikulturalisme di Indonesia menjadikan posisi umat muslim menjadi serba salah.

Baiklah, kita akan coba flashback pada perjuangan melawan penjajah dahulu kala.

Secara sederhana, kita lihat dari sejarah masyarakat Indonesia sebelum masa penjajahan. Urutan kemunculan kepercayaan besar di Indonesia adalah Hindu, Budha, Islam, lalu Kristen. Kapan masa penjajahan Indonesia dimulai? Yaitu pada saat kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia mulai berjaya. Saat itu agama Kristen belum muncul. Kita ingat bahwa bangsa penjajah memiliki 3 misi, yaitu glory, gold dan gospel. Agama Kristen masuk setelah penjajahan, merupakan indikator terwujudnya misi gospel yang dibawanya. Mengapa penjajahan baru dimulai saat Islam muncul? Apakah faktor ketakutan Islam akan menguasai dunia seperti yang diramalkan? Tentu saja hal ini berbarengan dengan dimulainya penghancuran Islam di wilayah-wilayah yang dikuasainya, mulai dari perang fisik, pemikiran, dkk.. Satu lagi pertanyaan : ”Siapa yang berjuang mempertahankan Indonesia sebelum periode pahlawan-pahlawan Nasional yang sering disebut-sebut dalam buku sejarah?”

Mengingat-ingat para pejuang kita, mulai dari Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Tuanku Imam Bonjol, Fatahillah, si Pitung, Pangeran Dipenogoro, Sultan Hassanudin, sampai Pattimura yang disangka seorang nasrani, ternyata berjuang pada barisan Islam. (nama asli Pattimura adalah Ahmad Lussy, dengan lafal pengucapan mereka, menjadi Mat Lussy). Apakah ada yang bukan muslim menjadi panglima perang melawan penjajah??

Tentang perjuangan yang disebut buku-buku sejarah ’kedaerahan’, ingat kisah perjuangan tuanku Imam Bonjol yang mendapat bantuan pasukan Dipenogoro dari jawa? (atau kebalik ya?). Kisah ini menunjukkan bahwa setiap daerah dengan Islam sebagai sistemya sangat terkoordinansi dengan baik. Perjuangan kedaerahan tidak akan melibatkan pihak/daerah lain dalam perjuangannya. Atau lebih baik kita kaji lagi sejarah-sejarah Indonesia dalam literatur-literatur terdahulu. Betapa banyak kerjasama antar daerah dalam rangka mempertahankan keutuhan Indonesia dari serangan penjajah. Tanya juga bagaimana nasib rakyat bukan muslim. Tidak tersisih. Mereka ikut memperjuangkan. Tapi siapakah yang menggerakkan?

Karena Islam di Indonesia dahulu kala, tidak menutup kemungkinan, sudah membentuk kesatuan. Bukan merupakan satu aturan ritual dan individual, tetapi juga sistem hidup. Sistem inilah yang secara sunnatullah, tidak akan lepas diperangi oleh musuh. Sistem ini juga yang sangat ditakuti untuk berjaya.

Nama-nama seperti Soekarno-hatta dkk muncul setelah adanya politik etis. Hasil dari politik etis adalah generasi muda bangsa Indonesia yang ’berpendidikan’ dan rasa ’nasionalisme’ yang kuat. Kalau dipikir-pikir, baik banget belanda memberikan pendidikan untuk jajahannya. Ada apa? Ternyata hasilnya adalah doktrinasi isme-isme luar yang ’merusak’ atau hanya baik dari satu sisi dan di sisi lain ia akan menimbulkan keburukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tujuannya, menghancurkan Indonesia, lebih tepat lagi menghancurkan Islam yang ada di Indonesia.

Terlepas dari segala kemungkinan aksi terorisme di indonesia merupakan strategi intelejen asing ataupun lokal untuk menghancurkan citra Islam di mata umatnya sendiri, ataupun strategi calon presiden untuk mengalihkan isu kecurangan pemilu tahun ini, seharusnya fenomena ini menjadi salah satu bahan renungan dan kajian kita untuk mencari dimana dan bagaimana posisi Islam dan Umatnya saat ini. Seperti yang diramalkan Rasulullah Muhammad saw, ada saat dimana umat islam seperti buih yang terombang-ambing. Kitalah buih itu, kawan. Terombang-ambing terbawa isu dan propaganda. Mulai saat ini, tentukanlah posisimu --menjadi teror dan hero untuk siapa-- dan berteguhlah. Mudah-mudahan Allah menunjukkan kita jalan yang benar. Amin.

Wallahu’alam bishshawab...


28 november 2009,

dengan keterbatasan...

No comments:

Post a Comment