Terpikir sesuatu saat membaca sebuah kisah teror fisik yang dialami Rasulullah Muhammad ketika di Mekkah yang melatarbelakangi turunnya QS Al-Mu’min : 28.
“Dan seorang laki-laki beriman diantara pengikut-pengikut fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kamu akan membunuh laki-laki yang berkata bahwa Rabbku adalah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan dari Rabbmu.”” (QS Al-Mu’min : 28)
Ceritanya begini…
Saat itu Rasulullah tengah shalat di Hijr Ismail, lalu datang Uqbah bin Mu’aith. Melihat Rasulullah baru shalat, Uqbah melepaskan sorbannya, lalu dipilin menjadi sebuah jerat. Segera Uqbah menyergap Rasulullah dari belakang dan menjeratkan sorbannya ke leher beliau, lalu menariknya kuat-kuat. Rasulullah tercekik. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar, segera beliau menangkap bahu Uqbah dari belakang dengan kuat dan dibantingnya tubuh Uqbah hingga terpelanting. Abu Bakar berkata pada Uqbah :
“Apakah kamu akan membunuh seseorang yang berkata bahwa, Rabbku adalah Allah, sedangkan datangnya kepadamu dengan membawa bukti-bukti yang nyata dari Rabbmu?”
Atas terjadinya peristiwa itu Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah :
“Dan seorang laki-laki beriman diantara pengikut-pengikut fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kamu akan membunuh laki-laki yang berkata bahwa Rabbku adalah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan dari Rabbmu.”” (QS Al-Mu’min : 28)
***
Ya, pernah ada suatu masa dimana ucapan itu pernah terlontar dari mulut seorang lelaki pengikut fir'aun yang menyembunyikan keimanannya. Dan yang di'umpamakan' Allah dengan Laki-laki beriman diantara pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya itu adalah Abu Bakar. Tapi mengapa Abu Bakar di'umpamakan' atau disetarakan Allah dengan pengikut fir’aun yang Allah sebutkan dalam firman tersebut, sedangkan Fir’aun sudah lama lenyap?
Saat itu tidak ada penguasa bernama Fir’aun disana. Namun ternyata penguasa yang ada memang satu karakter dengan Fir’aun. Penindasan, kekejaman, kejahiliyahan, penyembahan berhala dan roh nenek moyang, fanatisme golongan/kabilah/kebangsaan/ashabiyah, perpecahan, dll.
Well, walaupun tidak mendapat secara lengkap tafsir ayat ini, akal pun dapat menunjukkan bahwa al-Qur’an menunjukkan sejarah bukan hanya sekadar kisah dan pelajaran, tetapi sesuatu yang senantiasa ada di dunia.
Fir’aun bisa saja tidak ada, tapi karakter dan sifat-sifatnya akan terus ada yang mewarisi.
Seperti juga Qur’an menceritakan kepemimpinan seorang Rasul. Rasul bisa saja sudah tidak ada lagi, namun fungsi rasul akan tetap senantiasa ada yang mewarisi.
Kejahiliyyahan mungkin saja merupakan masa lalu, tetapi juga muncul pada masa kini, dan masa depan.
Qur’an, memang berlaku pada masa lalu. Tetapi JUGA seharusnya MASA KINI dan MASA DEPAN.
Sejarah dalam Al-Qur’an, bukanlah sekedar masa lalu, tapi juga hari ini dan masa depan. Pun, cara menyikapinya sudah jelas tercantum sepaket dengan kisah-kisahnya di dalam al-Qur’an.
Kawan, Rasulullah membentuk masyarakat Islam, yang melandaskan seluruh bidang dalam kehidupannya pada Islam yang diturunkan Allah secara murni tanpa penambahan atau pengurangan, tanpa pencampuran. Meski itu adanya di masa lalu, tapi masa kini dan masa depan, masyarakat Islam akan tetap ada.
Carilah, karena kita hanya diperintah menyembahNya dengan MURNI (ikhlas) dalam din yang lurus.
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas mentaatiNya semata-mata karena (menjalankan) din, dan juga agar mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah din yang lurus (benar),”(QS Al-Bayyinah : 5)
Sumber kisah :
1.Al-Qur'anul Karim
2. Yang Tegar Dalam Dakwah, Abu Ahmad Marwan, 1414H, Penerbit YP2SU
3. Sirah Nabawiyah
4. Dll...
like this..
ReplyDeleteaku cuma tw cerita tt abu bakar itu, tapi g pernah tw ayat terkait yang diturunkannya. apalagi ternyata, ayatnya tt laki2 di zaman firaun.
sepakat na,, sejarah dalam Al Quran bukan hanya masa lalu, tapi juga masa kini dan yang akan datang.