Pekerjaan apa yang paling bagus? Hmm..dokter? Jadi dokter itu biaya pendidikannya mahal, tapi kabarnya balik modalnya juga cepat. Apa jadinya dunia tanpa dokter. Insinyur? Tidak tahu lah lebih mahal biaya pendidikan insinyur atau dokter, tapi pekerjaan itu juga tampak cemerlang. Tanpa insinyur, apa jadinya dunia. Pengusaha, profesi yang saat ini digandrungi karena diketahui sangat menjanjikan untuk menghasilkan benefit yang jauuuh lebih besar dari presiden manapun di dunia, mengambil kesempatan sekecil apapun, bahkan hal-hal yang Tuhan berikan secara gratis untuk manusia, bisa mereka buat menjadi berbiaya saaaangat besar. Politisi, yang juga meng-uang-kan jasa 'mengatur negara'.
Perawat, Farmasis, Penulis, Scientist, Dosen, Guru, Sekertaris, Artis, Editor (agak narsis), dan lain-lain...semuanya, mana yang paling bagus? Jawaban kita masing-masing pasti ada di salah satu profesi tersebut.
Bagaimana dengan buruh, petani, sopir angkot, satpam, office boy, ibu rumah tangga?
Saat ini, ada hal yang mutlak di kepala manusia ketika memilih pekerjaan. 'Materi' dan 'Kedudukan'.
Sebagian memilih mana yang menghasilkan materi yang paling besar. Sebagian lagi memilih mana yang bisa mengendalikan orang paling banyak.
Saat ini, manusia yang tidak begitu dianggap bodoh sehingga, Ya Tuhan, berapa banyak orang yang depresi karena tidak dapat pekerjaan yang layak? Berapa banyak buruh dan petani yang tertekan dengan kecukupannya? Berapa banyak ibu rumah tangga yang tidak sepenuh hati menjalankan tugasnya, merasa iri dengan wanita-wanita karir yang tampak keren? Berapa banyak orang yang menganggap mati lebih mudah daripada hidup hanya karena tidak bisa bertahan hidup dengan pekerjaannya saat ini? Merasa dirinya bodoh dan tidak berguna...
Tapi tahukah kau, bahwa dunia saat ini terbalik-balik, hitam jadi putih, putih jadi hitam, bodoh jadi pintar, dan pintar jadi bodoh? Dan sebodoh-bodohnya orang adalah orang pintar yang disebut bodoh dan percaya begitu saja bahwa dirinya bodoh.
***
Dunia yang membuatnya begitu. Tepatnya, konspirasi 'cinta-dunia' dan 'Iblis' (jin dan manusia). Ada semacam lingkaran setan yang mengikat dunia, sehingga apa pun yang kita lakukan menjadi tidak ada gunanya, di sini (kehidupan) dan di sana (akhirat).
Kita hanya punya satu kali kesempatan hidup, sedangkan 'profesi' bukan satu hal yang menjadi tugas utama. Masalahnya, 'profesi' saat ini menjadi hal yang utama di pikiran manusia. Ajaibnya, hal ini juga bisa membuat manusia ingin mati, merasa bodoh dan terhina.
Kalau sampai kita mati nanti dunia belum jga berubah, satu kehidupan yang kita miliki itu, relakah kita menyia-nyiakannya hanya untuk meratapi hal-hal yang tidak bisa kita capai? Kalau sampai kita mati nanti dunia belum juga berubah, untuk membuat diri kita menjadi berharga, kenapa tidak kita ubah saja 'pikiran' kita?
***
Benar, kalau kita melandaskan segala sesuatu pada 'materi' dan 'kedudukan', kita tidak akan menjadi terhormat. Tapi, tanpa petani, orang-orang tidak akan bisa makan. Tanpa buruh, industri tidak akan berjalan. Tanpa ibu rumah tangga, tidak akan ada generasi muda yang menjanjikan. Tanpa kita yang melakukan pekerjaan kita saat ini...dunia akan berjalan berbeda.
Dan kita juga tidak bisa menilai seseorang bodoh hanya karena dia tidak menjalani apa yang kita jalani, apa yang kita anggap paling sukses. Setiap orang punya jalannya masing-masing.
Terlepas dari itu semua, Allah menyediakan jalan, Allah juga memiliki ketentuan. Perasaan 'berharga' yang kita miliki bagi dunia akan memunculkan syukur, syukur akan memunculkan ikhtiar-dan-tawakkal, ikhtiar-dan-tawakkal akan memunculkan fokus kita pada pekerjaan utama kita di kehidupan, profesi paling mulia: hamba (QS 51:56) dan khalifah (QS 2:30).
Biarkan saja dunia dengan semua persepsi yang diciptakannya. Kita bisa ciptakan persepsi kita sendiri. Kalau kita lepaskan 'materi' dan 'kedudukan' dari pandangan, tidak akan ada pekerjaan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kita akan merasa terhormat, kita juga akan menjadi lebih menghormati semua orang, dan semua profesi.
Fokus.
Dengan apa yang kau miliki dan yang kau mampu, na.
Dunia yang memakimu karena melepaskan kesempatan yang menurut mereka besar, abaikan saja!
Jakarta, 8 November 2012, 09.10
Tanpa editor, makan tuh buku teks berantakan ^_^
No comments:
Post a Comment